Thursday, 24 August 2017

Filsafat Pancasila dan Demokrasi

Kapitalisme, Demorasi, dan Jarum Raksasa di indonesia



Ketahanan nasional berkaitan dengan ketahanan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan. Titik tolaknya yang pertama adalah isi dan kekayaan Indonesia adalah milik bangsa Indonesia dan digunakan oleh seluruh rakyat Indonesia secara merata. Yang kedua, setiap warga negara harus mempunyai rasa sebangsa dan setanah air. Satu bangsa adalah satu jiwa (une nation est une anima-Ernest Renan).
Pada kenyataannya, rakyat Indonesia  malah menjadi pengemis dan kuli di tanahnya sendiri. Contoh perkebunan kelapa sawit, banyaknya pengamen dan pengemis, dan pertambangan menunjukkan bahwa bangsa Indonesia belum memiliki tanahnya sendiri, ruang hidupnya sendiri. Kekayaan Indonesia dan isinya kini menjadi milik para pemilik kapital. Ini adalah suatu bentuk kapitalisme. Setiap kapitalisme adalah bentuk penjajahan baru. Jika dibandingkan dengan penjajahan Belanda dulu, apa yang berbeda sekarang? Yang berbeda adalah pemilik modalnya bukan lagi Belanda atau VOC, namun para investor dan dibantu oleh orang-orang dan pemerintah Indonesia sendiri. Ironis!
Ketahanan nasional hanya terlaksana jika seluruh rakyat Indonesia bersatu. Namun bagaimana bisa bersatu jika terjadi ketimpangan di mana-mana? Setiap orang bermodal mendirikan kelasnya sendiri dan memperkuat kelasnya dengan menindas yang lain.
Saya kurang setuju dengan teori jarum raksasa. Teori tersebut menyatakan bahwa banyak orang seperti diarahkan pada sesuatu hal sehingga mempunyai asumsi yang serupa akan hal itu. Yang membentuk pandangan bukanlah jarum raksasa, namun demokrasi. Demokrasi  bukanlah jarum raksasa, meskipun sekilas terlihat sama. Dalam demokrasi, setiap orang dianggap sama. Tidak bisa hal seperti itu. Ada hal-hal yang seharusnya berbeda dan dibedakan dengan selayaknya. Contohnya dalam pemilu. Dalam pemilu, satu orang hanya mempunyai satu suara. Maka, dalam hal ini, seorang professor disamakan dengan seorang tukang becak. Hal-hal seperti inilah yang menjadi kesempatan bagi orang-orang yang ingin meraup untung sendiri. Mereka memanfaatkan orang-orang kecil yang kurang berpendidikan dan menggunakan mereka untuk membenarkan diri mereka sendiri seolah-olah kepentingan orang kecillah yang dibela.
Suatu kali saya melihat kampanye politik. Kampanye politik tersebut lewat dalam suatu rombongan besar melewati jalan raya. Ternyata yang ikut dalam kampanye tersebut adalah orang-orang miskin. Tidak ada orang kaya yang ikut dalam pawai kampanye tersebut. Mereka mau ikut dalam kampanye tersebut karena dibayar, terlepas dari pandangan politik mereka. Bisa saja setelah ikut dalam kampanye Partai A mereka besoknya ikut kampanye Partai B dan besoknya ikut kampanye Partai C. Pemanfaatan orang kecil ternyata sudah merambah politik. Orang menggunakan mereka untuk propaganda. Sudah selayaknya mereka bukan lagi sebagai alat sebagaimana dalam kapitalisme, tetapi juga sebagai subyek berbangsa.
Demokrasi adalah buatan kaum kapitalis. Dengan kata lain, demokrasi dibuat untuk kepentingan pemilik modal. Logikanya, para pemilik modal ingin supaya kekayaannya tidak hilang atau berkurang. Maka mereka membentuk suatu sistem kekuasaan yang terdiri dari kelompok mereka. Caranya adalah dengan suatu sistem yang melibatkan parlemen atau badan perwakilan rakyat, seolah-olah mereka mewakili semua golongan. Faktanya, yang masuk ke dalam parlemen adalah kaum mereka sendiri. Orang yang miskin dibuat tidak bisa masuk ke dalam parlemen dengan jalan membuat mahal cara menjadi anggota parlemen. Jika melihat kondisi tersebut, sangat cocok dengan kondisi di Indonesia. Untuk menjadi anggota DPR atau DPD, orang harus masuk partai, lalu kampanye supaya dikenal masyarakat luas. Nah, untuk masuk partai dan kampanye ini dibutuhkan banyak dana. Jika sistem yang ada terus begini, bagaimana mungkin orang miskin bisa masuk parlemen?
Maka opini umum dibuat secara demokratis oleh kaum pemilik modal. Mereka menguasai parlemen, media masa, perekonomian, dan lain-lain. Tujuan mereka hanya untuk melanggengkan kekayaan mereka.
Kapitalisme adalah sistem yamg jahat. Dengan sendirinya, demokrasi juga jahat. Ia jahat bagi orang lain dan juga bagi dirinya sendiri. Karl Marx sendiri meramalkan bahwa suatu saat kapitalisme akan runtuh. Kapitalisme akan memproduksi banyak orang kaya. Masalahnya, jika semua kaya maka makna kekayaan itu sendiri bisa hilang. Maka mereka menciptakan kemiskinan.
Suprastruktur tergantung pada basic structure-nya. Menurut Marx, basic structure masyarakat adalah ekonomi. Jika sistem ekonomi berubah maka struktur di atasnya juga berubah. Suprastruktur itu misalnya agama, politik, sosial, budaya, dan lain-lain.
Ketika saya immersi di salah satu toko waralaba di Malang selama seminggu saya menemukan adanya suatu perubahan sistem ekonomi. Sistem ekonomi yang dari pertanian, industri, sekarang beralih ke sistem pasar pilih dan ambil sendiri barangnya (seperti di Indomaret, Ramayana, Rubelan, Alfamart, dan lain-lain). Pekerja toko bertugas mencatat barang masuk dan keluar dan yang kadaluwarsa. Beratnya, barang yang ada ada banyak sekali. Sehingga bagi mereka bekerja bukan lagi suatu kebutuhan, tetapi beban. Padahal kerja adalah satu apa yang tidak terpisahkan dari hakikat manusia itu sendiri. Sistem kapitalisme berarti memisahkan kerja dari hakikat manusia. Maka sudah saatnya Indonesia beralih ke sistem ekonomi pancasila. Ciri khas sistem ekonomi pancasila adalah gotong royong dan pemenuhan kebutuhan bersama secara merata. 

No comments:

Post a Comment