Pengantar
Masyarakat adalah realitas yang kompleks. Kompleksitasnya terletak pada pluralitas unsur-unsur pembangunnya. Masyarakat modern biasanya tidak homogen. Maka dari itu perlu prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip demokrasi ini perlu dihayati oleh semua anggota masyarakat. Maka dari itu perlu diteruskan turun temurun. Proses penerusan ini dilakukan melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan demokrasi adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat modern. Bagaimana filsafat neo-thomisme melihat hal ini?
Masyarakat Demokrasi
Masyarakat terbentuk dari sekumpulan individu yang mempunyai tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuannya, masyarakat tersebut mempunyai prinsip-prinsip tertentu. Selain untuk mencapai tujuan, prinsip tersebut juga berfungsi untuk menjaga kesatuan dan menunjukkan identitas (kekhasan suatu masyarakat). Masyarakat modern menganut prinsip yang disebut azas demokrasi. Azas demokrasi tersebut biasanya menyangkut martabat manusia, persamaan derajat, hak asasi manusia, kebebasan, keadilan, dan hukum yang tersusun dalam piagam demokrasi (democratic charter).
Azas-azas demokrasi yang tertuang dalam piagam demokrasi lebih bersifat praktis daripada teoretis. Praktis artinya berakar dari masyarakat itu sendiri dan diarahkan untuk hidup bersama sehari-hari. Berakar dari masyarakat itu sendiri berarti piagam demokrasi diambil dari nilai-nilai yang dianut masyarakat itu. Namun, masyarakat yang terbentuk mungkin saja bukan masyarakat homogen. Individu yang membentuk masyarakat itu bisa terdiri dari beranekaragam budaya, bahasa, adat istiadat, agama, dan berbagai latar belakang lainnya. Maka dari itu, suatu masyarakat perlu mencari suatu dasar yang kuat yang di atasnya masyarakat itu dapat bersatu dan bersepakat untuk hidup bersama.
Pendidikan Demokrasi
Masyarakat bukanlah realitas yang sekali jadi. Selain itu, suatu masyarakat juga tidak bubar hanya karena anggota-anggotanya keluar karena migrasi atau meninggal. Ada penerusan dari satu ke generasi ke generasi berikutnya dan dalam proses penerusan ini ada hal-hal yang ditambahkan atau dikurangi. Hal yang terbukti berakibat baik dipertahankan dan dibuat semakin baik, sedangkan hal-hal negatif dihilangkan atau diperbaiki. Proses penerusan ini dilakukan melalui pendidikan. Lembaga politik masyarakat mempunyai kewajiban
Metode Pendidikan yang Demokratis
Ada 3 cara yang ditawarkan dalam menanamkan nilai yang bersifat praktis:
Yang pertama adalah sekolah yang homogen (seperti SMAK seminari), nilai-nilai demokrasi dapat ditanamkan dengan menyesuaikannya dengan nilai dan pandangan komunitas tersebut. Nilai demokrasi pasti bisa digandengkan dengan nilai yang dianut di komunitas tersebut.
Yang kedua, dalam sekolah yang berada di lingkungan heterogen (seperti sekolah umum), setiap pengajar mempunyai keyakinan masing-masing yang membuat berbeda korelasinya dengan nilai yang dianut mayoritas murid.
Yang ketiga, menempatkan pelajaran tentang demokrasi pada pelajaran tersendiri yang bersifat historis. Pelajaran itu bisa berupa humanisme, ilmu tentang manusia, filsafat social, dan filsafat hukum dalam kerangka sejarah nasional atau sejarah kemasyarakatan. Pelajaran-pelajaran itu berpusat pada pengembangan dan penanaman ide dasar demokrasi. Maka azas demokrasi diajarkan dalam cara yang konkrit dan komprehensif dalam terang para sastrawan besar, para pemikir besar, dan orang-orang yang telah berjasa bagi umat manusia dan kehidupan historis bangsa.
Dari sudut pandang aplikasi praktis, ada beberapa hal yang harus ditekankan dalam pendidikan generasi muda dalam rangka menanamkan azas demokrasi. Bukan dalam hal pengajaran, namun lembaga pendidikan yang benar-benar hidup
Dalam kehidupan persekolahan, kebiasaan dan keutamaan kebebasan dan tanggung jawab harus dilatih. Dengan kata lain, mereka tidak bisa hanya menjadi murid yang reseptif saja, mereka harus belajar berpartisipasi aktif dalam sebuah kelompok yang terstruktur dan bertanggung jawab untuk disiplin anggota-anggota kelompoknya dan kemajuan kerja dalam kelompok. Kelompok ini harus dibentuk oleh siswa sendiri tanpa campur tangan pihak sekolah, mereka memilih ketua mereka sendiri, mengadakan pertemuan tanpa dihadiri guru/pengajar.
Ketua kelompok menjalin kontak dengan pihak sekolah untuk menyampaikan saran-saran, laporan kegiatan, dan permasalahan yang sedang dihadapi kelompoknya.Dengan metode tersebut, generasi muda dengan konkrit dan sadar menjalankan azas-azas demokrasi dalam hidup mereka dengan menjunjung nilai-nilai martabat manusia, disiplin diri, otonomi kolektif, dan penghargaan kolektif yang mengembangkan mereka.
Dengan mempertimbangkan usia dan kemampuan mereka, sekolah dan universitas harus menjadi semacam ‘laboratorium’ kebebasan yang bertanggungjawab dan pemikiran demokratis yang diperlukan oleh warga negara demokrasi. Perkembangan yang terjadi selanjutnya adalah para peserta didik mampu mengemukakan pendapatnya dan rasa bangga akan kemampuannya.
No comments:
Post a Comment